"Di lokasi pembangunan terminal, dalam RTRW warnanya cokelat. Kalau cokelat itu, dominannya untuk terminal," kata Bima di kantor Tempo, Senin lalu. "Sedangkan di desainnya dominan ekonomi. Kalau sesuai dengan RTRW, boleh saja dibangun," ujar Bima.
Desain terminal tersebut, kata dia, lebih menonjolkan pusat belanja. "Terminalnya hanya sedikit sekali." Bahkan pusat belanja tersebut didesain mirip Grand Indonesia, Jakarta. "Merek branded nanti ada di sana," ucap dia.
Yang membuat Bima tak setuju adalah tidak adanya ruang terbuka hijau dalam desain terminal. "Tidak ada tamannya sedikit pun. Padahal konsep Bogor
gosir sprei murah di bawah saya adalah menjadi Kota Sejuta Taman."
Ia terkejut begitu mendapat informasi sudah banyak yang membeli kios yang bakal menjadi pusat belanja itu. "Saya tidak tahu bayar ke siapa mereka, tahunya warga mengaku ke saya bahwa mereka sudah bayar."
Wali Kota Diani Budiarto menggandeng PT PGI untuk mengoptimalkan Terminal Baranangsiang. Konsepnya, terminal terintegrasi dengan mal dan hotel 17 lantai. Namun, sejak November lalu, proyek dengan investasi senilai Rp 460 miliar itu menjadi semakin tidak jelas.
Alasannya, tim gabungan kajian yang dibentuk Diani Budiarto dan dipimpin pelaksana tugas Sekretaris Daerah Kota Bogor, Ade Syarif Hidayat, belum menemukan hasil dan kesepakatan.
Pembangunan terminal yang terletak di pintu keluar jalan tol Jagorawi itu juga diprotes oleh berbagai kalangan. Komunitas Pengurus Terminal Baranangsiang beberapa kali menggelar demo penolakan atas pembangunan terminal.
Mereka ingin pembangunan terminal murni untuk kegiatan transportasi, tanpa ada embel-embel pembangunan hotel dan pusat belanja. Terminal yang sempat dikosongkan pun difungsikan kembali oleh Dinas Perhubungan Kota Bogor. ERWAN HERMAWAN | M SIDIK PERMANA
Title
:
Proyek Baranangsiang Dikaji Ulang
Description
:
"Di lokasi pembangunan terminal, dalam RTRW warnanya cokelat. Kalau cokelat itu, dominannya untuk terminal," kata Bima di kantor T...